cari saja dengan jarimu

Selasa, 24 Januari 2012

Jambore Koskas I, Jogja 21-23 Jan 2012 - II

Jambore hari kedua, 22 Januari 2012



Hari ini merupakan puncak kegiatan dimana peserta akan menggoweskan sepedanya sesuai dengan jenis sepeda. Jalur on road dan off road Jogja sudah siap untuk dijajal. Kali ini penulis (yang pegang sepeda khusus jalan raya) meneguhkan hati untuk gowes lintas candi. Menguji hasil latihan endurance yang telah dipersiapkan sejak dari Jakarta.

Udara terasa begitu dingin setelah hujan semalam. Melakukan adaptasi lingkungan sekitar sembari melihat adik2 pramuka yang sedang mempersiapkan kegiatannya. Merapal manta membaca tanda2 alam, memohon restu agar perjalanan berjalan dengan lancar.



Pukul delapan pagi waktu setempat, 2 rombongan besar peserta jambore koskas meninggalkan penginapan. Memisahkan diri untuk menguji nyali dan stamina sesuai dengan minat dan kesukaan. Jalur trek off-road Turgo – Kaliurang telah siap untuk dijajal. Jalur on-road Sleman – Klaten menyapa dengan barisan candi-candinya. Let’s roll…



Jalur on road melintasi jalan utama kota Jogjakarta. Menyusuri pergerakan dinamis kota Jogja. Jogja, walaupun modernitas sudah menjangkit, tetapi engkau tidak kehilangan jati diri. Masih banyak orang yang menggunakan sepeda sebagai sarana transportasinya.
Panitia seakan-akan mengajak peserta untuk napak tilas perjalanan kota Jogja. Jalur yang dipilih adalah jalur yang menyusuri Selokan Mataram. Selokan Mataram bukanlah sembarang selokan atau got (sewer) tetapi sebuah perwujudan dari perjuangan rakyat Jogja.



Jalan kian menanjak menandakan bahwa pesepeda sudah berada di jalan yang benar, menuju candi Prambanan. Sejauh mata memandang terhampar sawah hijau yang asri, diselingi pohon rambutan yang sedang berbuah. Hingga kami berhenti pada satu lokasi dengan petunjuk “Candi Sambisari”. Tengok kanan kiri, loh loh.. kok tidak ada bangunan candi.
Ternyata bangunan candi berada di bawah garis permukaan tanah. Pantas saja tidak terlihat dari jauh. Konon, candi Sambisari ini tertutup oleh debu letusan gunung Merapi. Bisa dibayangkan seberapa besar letusan gunung Merapi tersebut?

Tidak rela melepaskan kesempatan untuk mengabadikan pemandangan yang bagus ini, satu persatu peserta turun mendekati bangunan candi. Tak lain tak bukan: foto2.







Perjalanan dilanjutkan. Kali ini menuju Candi Prambanan. Kali ini tanjakan kian terasa. Kayuhan sepeda kian melambat tapi aura semangat terus terpancar dari para peserta jambore. Hingga tampak pucuk candi Prambanan kian tampak. Semangat gowes kian berkobar. Batu2 jalanan tidak lagi jadi masalah semuanya bergegas menuju candi Prambanan.







Puas berfoto2 di candi Prambanan, rombongan melanjutkan perjalanan ke Candi Plaosan. Lagi2 ajang foto2 merupakan kegiatan wajib. Menorehkan catatan sejarah, saya pernah gowes sampai sini.






Tak disangka, ternyata wilayah Prambanan merupakan garis depan perbatasan antara Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Berarti gowes yang baru tadi masuk dalam kategori gowes AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). Perjalanan jauh yaa. Semuanya dilahap oleh peserta jamboree koskas. Salut!

Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan untuk kembali ke penginapan. Ada 2 candi yang bisa dikunjungi yakni candi Boko dan candi Kalasan. Dikarenakan kondisi cuaca yang kurang bersahabat, akhirnya diputuskan untuk membatalkan kunjungan ke candi Boko. Untuk candi Kalasan tetap menjadi tujuan karena lokasinya sejalan dengan arah pulang.




Menembus kota Jogja yang kian ramai merupakan pengalaman tersendiri terlebih lagi dilakukan secara beriringan. Berhenti sejenak untuk menikmati es dawet yang paling juara gak boleh dilewatkan. Memasuki kota Jogja, masuk ke komplek Universitas Gadjah Mada. Universitas tertua di Indonesia yang telah menelurkan sekian banyak orang2 yang berjasa untuk perkembangan negeri ini.



Sekitar pukul 4 sore rombongan on road sampai di penginapan. Hujan rintik2 menyambut kedatangan kami. Rasa lelah dan lapar harus dipuaskan. Istirahat sejenak dulu sebelum melanjutkan pada acara berikutnya.

Ke Jogja gak lengkap kalau belum menikmati jajanan angkringan. Adagium itu dipahami benar oleh panitia. Oleh karenanya selepas maghrib, panitia mengundang peserta untuk makan di angkringan yang khusus didatangkan ke penginapan. Tidak perlu satu dua jam, semua penganan tandas.

Rangkaian acara selanjutnya adalah ramah tamah. Peserta dan panitia berkumpul di aula. Saling bercengkrama dan memperkenalkan diri. Berbagi kisah dan cerita serta cinderamata.








Belum sah ke Jogja kalau belum foto2 di Tugu Jogja. Sebuah dalil hukum wajib bagi setiap pelancong yang datang di Jogja. Hukum itulah yang mengajak para peserta untuk gowes malam (NR. Nite ride). Tujuannya adalah tugu Jogja.



Sah sudah kami berkunjung di Jogja. Tugu Jogja menyambut kami dengan ramah.
Perjalanan dilanjutkan menuju alun-alun selatan. Setelah sebelumnya menikmati kopi joss di samping stasiun Tugu Jogja.




Saat pulang ke penginapan, ada musibah yang menimpa 2 panitia. Mereka mengalami percobaan perampokan dengan senjata tajam. Untunglah tidak terjadi hal yang sedemikian buruk. Seorang panitia hanya luka tergores golok di lengannya.  (keesokan harinya si panitia sudah bisa cengengesan).
Malam kian larut, dini hari lebih tepatnya. Saat yang tepat untuk mengukur kasur, tidur.

Jambore hari ketiga, 23 Januari 2012

Ada perjumpaan ada perpisahan. Hari ini adalah hari terakhir penyelenggaraan Jambore. Selain rombongan Koskas Bandung yang kembali menjajal trek Turgo, rombongan Koskas regional lagi mempersiapkan diri untuk kembali ke tempat tinggal masing2. satu persatu rombongan meninggalkan lokasi.

Setelah berpamitan dan foto bareng dengan panitia, rombongan Koskas Jaksel melakukan wisata kota sembari menanti jadwal keberangkatan kereta. Rencana awal adalah ke candi Prambanan. Namun hal tersebut diurungkan karena waktu yang tidak memungkinkan dan lalu lintas yang macet menuju candi Prambanan.

Selepas makan siang, rombongan menghabiskan waktu di sepanjang jalan Malioboro hingga ke Keraton. Membeli buah tangan atau sekedar menikmati ramainya kota Jogja. Tidak lupa foto2 di benteng Vredeburg.







Matahari kian tergelincir di ufuk barat. Menandakan hari berganti malam. Perjalanan kami di Jogja akan segera berakhir. Stasiun Tugu Jogja adalah persinggahan terakhir kami. Menanti peluit kereta api Gadjah Wong yang akan mengantar kami pulang ke Jakarta.

Sekian banyak cerita telah terjalin. Pengalaman dan silaturahmi telah membungkus perjalanan di Jambore Koskas. Tidak sabar rasanya untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarga besar Koskas se-Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar