cari saja dengan jarimu

Selasa, 21 Desember 2010

Bang Bolank ketagihan gowes to Jogja bagian 3

3Mari kita lanjutkan cerita pengalaman saya sewaktu ke jogja tempo hari.

Selesai mengisi perut di kedai soto ayam pak gareng, saya melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya. Kemanakah itu? Simak terus perjalanan ini.

Ke arah selatan menuju jalan malioboro. Entah sudah berapa ratus (atau mungkin ribu) kali saya menjejakkan kaki di malioboro, herannya gak pernah ada kata bosan untuk melintas dan mengamati peri kehidupan rakyat jogja melalui etalase malioboro. Disinilah denyut nadi kehidupan rakyat jogja dapat tertangkap dengan jelas. Disinilah salah satu urat nadi perekonomian jogja bergerak. Maka, jika ada apa2 di malioboro maka eksesnya akan terasa seantero jogja. Mumpung jogja belum merdeka, maka puas2in dech main2 di malioboro.
Gak lengkap cerita ini bila tidak ada fotonya. Silahkan simak

Sengaja berhenti di depan Gedung Agung. Salah satu gedung milik negara yang bertitel Istana. Sebuah gedung yang megah namun belakangan ini menjadi sumber kerunyaman masalah di jogja. Tidak perlu berpanjang kalam untuk masalah politik yang licik. Simak saja fotonya. Mumpung jogja belum merdeka.


Makin ke selatan perjalanan ini, akhirnya tiba di kawasan titik nol kilometer jogja. Gak dinyana, saat saya melintas ada pameran seni instalasi dari seniman jogja. Kali ini mengusung tema kepedulian pada korban gunung merapi. Sederhana namun tetap memikat. Di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret, terjajar banyak celengan dengan beraneka bentuk dan tampilan. Ada yang berbentuk ayam jantan, kodok, hingga babi. Ada yang mengajak ada pula yang menyitir. Penasaran seperti apa? Ini nih beberapa fotonya.


Konsisten dengan tujuan awal. Yap! Kali ini langit jogja sangat cerah namun tidak menyurutkan kayuhan sepeda saya untuk ke tempat tujuan. Keraton Jogjakarta. Si seli ingin sowan ke keraton tampaknya :)

Tak jauh dari titik nol kilometer ke arah selatan, terhampar lapangan luas tempat masyarakat jogja berkumpul. Alun-alun kidul namanya (CMIIW). Lapangan yang luas ini merupakan landmark istimewa bagi jogja. Telah banyak kejadian bersejarah ditorehkan di lapangan ini. Mulai dari bergabungnya jogja dengan NKRI hingga kampanye sebuah partai yang porak poranda karena “menantang” keraton. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, mumpung jogja belum merdeka maka masih boleh lah sepeda lipat berplat nomor Jakarta untuk mejeng sejenak.

Di depan pintu gerbang keraton seli berdiri. Menatap agungnya keraton jogja. Sebuah bagian dari sejarah Indonesia dan tingginya nilai budaya bangsa. disinilah kedigdayaan sebuah nilai sejarah diuji dan dipertahankan. Disinilah sebuah komitmen atas persatuan dan kesatuan bangsa dimunculkan. Inilah keraton Jogja.

Sedikit oleh2 foto dari perjalanan. Relawan Referendum


Tamat.

2 komentar:

  1. iya mas bolang.. kalo dipikir mending merdeka dari pada terus didzalimi..
    tapi kan orang jogja mengutamakan rasa, rasa pengertian dan memaafkan

    BalasHapus
  2. pilihan untuk merdeka / melepaskan diri dari NKRI merupakan pilihan yang sangat2 pahit.. semoga hal itu tidak terjadi. jika saja pemerintah pusat punya akal, asa dan rasa.

    BalasHapus