cari saja dengan jarimu

Rabu, 10 November 2010

Bang Bolank Gowes to Jogja – 002


Perjalanan ini Terasa Sangat Menyedihkan
Sayang Engkau Tak Duduk Disampingku Kawan
Banyak Cerita Yang Mestinya Kau Saksikan
(Berita kepada KAwan – Ebiet G Ade)

perjalanan ini adalah perjalanan pertama dan pengalaman pertama saya naik kereta api dengan sepeda. Biasanya hanya tas ransel yang menemani tapi kali ini, selain tas juga ada sepeda lipat. Terus terang saya tidak bertanya2 kepada siapapun perihal tata cara “bersepeda” di atas kereta. Tanpa tanya2 lagi, begitu kereta datang, foto2 sebentar dilanjutkan dengan melipat sepeda.

Rencananya seli akan diletakkan di bagasi atas (?). bukan bagasi sebenarnya. Tempat untuk meletakkan tas penumpang. Berdasarkan pengamatan, seharusnya seli 16” ini bisa ditempatkan diatas. Tapi apa daya ternyata tidak muat. Walhasil, seli diparkir di samping tempat duduk. Agak mengganggu lalu lintas orang memang, tapi apa mau dikata. Ini salah saya. Seharusnya sepedanya dititipkan di restorasi kereta api atau di gerbong barang. Tapi karena ketidaktahuan saya…..

Kereta ini akan menempuh jarak sekitar 560km dari stasiun pasar senen Jakarta menuju stasiun lempuyangan jogjakarta. Selama perjalanan akan ada 3 kali pemeriksaan karcis kereta. Maklum, namanya juga kereta kelas ekonomi jadi pemeriksaan karcisnya agak kejam. Pemeriksaan karcis dilakukan pada rute sbb:
- Jakarta – Cirebon
- Cirebon – Purwokerto
- Purwokerto – Jogjakarta



Saya yang sudah mengantongi karcis kereta api tidak merasa bersalah dan tidak takut pada saat pemeriksaan karcis. pede aja lagi. La wong sudah bayar, jadi gak ada masalah bukan?

Selepas stasiun cikampek, mulailah kondektur (?? Apa sih nama profesi si pemeriksa karcis kereta api??) rute Jakarta – Cirebon memeriksa karcis. Amaaaannnn..
(kenapa aman?? Nanti juga akan tahu…)

Selepas stasiun cirebon, sekitar jam 1:30 WIB (dini hari!!!), datang lagi kondektur untuk periksa karcis. Mata yang sudah sayup2 kuyu, kurang dari 5 watt terpaksa terbuka untuk meladeni si kondektur yang minta ditunjukkan karcis. Antara tidur dan terjaga, tangan ini meraih karcis dan menyerahkannya (untuk dibolongi!). sesaat kemudian dia mengembalikan karcis tersebut dan bertanya: “Ini sepeda siapa?”
Sontak!!

Sepeda saya pak. (dengan suara parau dan bau naga xixiixxxi).
Karcis sepedanya mana?
Haa???
-sejak kapan sepeda pake karcis??

Bla bla bla bla bla… ternyata si kondektur ini nodong uang karcis (bahasa premannya : MALAK) untuk sepeda lipat kuning ini. Alamak! Perasaaan tadi pas diperiksa pertama kali gak ada uang tambahan dah.. kok sekarang ada?
ada yang gak beres nih.

Diantara kegeraman dan rasa kantuk yang begitu dalam, ya sudah lah.. cari jalan damai saja.. selembar uang Rp 10.000 berpindah tangan untuk alasan karcis sepeda. Dalam hati terus mengomel kenapa tidak adu omongan dengan si kondektur. Logika berkata: mungkin saja ada karcis untuk sepeda.
Rasa kantuk terus menyergap…. Zzzzzzzzzz……

Setelah sholat shubuh dengan bertayamum, kembali otak “berdiskusi” dengan hati tentang apa yang terjadi semalam. Siapa yang salah? Ada peraturan yang dilanggar? Siapa yang melanggar aturan?
….
….

Selepas stasiun kutoarjo, ada lagi pemeriksaan karcis.. kali ini kepercayaan diri tidak setebal saat pemeriksaan karcis yang pertama.. harap-harap cemas..
Karcis.. karcis..
Setelah karcis dilubangi lagi.. si kondektur terus berlalu tanpa ada pertanyaan tentang karcis sepeda…

Jadi yang semalam adalah????

Untuk direnungkan:

Terkadang seragam dan profesi membuat orang menjadi sedemikian berkuasa sehingga bisa berdiri diatas peraturan.

diatas kereta, ada 2 profesi/oknum yang seperti diatas : kondektur dan anggota TNI. 

bersambung

6 komentar:

  1. sama nih gan, ane n teman2 waktu naek kereta ekonomi bawa mtb ke bekasi juga dipalakin sama kondektur. orang + mtb = Rp 5.000,- ASEM !!!
    mustinya harga karcis ekonomi 1.500,-
    kalaupun mtb bayar ya mustinya kena 1.500,- juga.

    tapi untungnya pas udah sampai kami dikasih tau, jadi gak kebablasan dan dibantu nurunin sepeda, karna jarak pintu kereta ke tanah cukup tinggi. jadi itung2 ongkos bantu nurunin sepeda.

    ditunggu penampakannya di jalanan jogja gan

    BalasHapus
  2. @pria
    wah ternyata di krl jabotabek juga begitu yaa.. hmmm mesti dijelasin nih peraturannya... kapan2 ke pt KAI ah.. mo tanya2 lebih lanjut..

    penampakan di jogja akan disajikan ASAP

    BalasHapus
  3. lawan aja kl dipalak bgitu,bilang aja kenapa waktu di peron gak ditanyain karcis buat sepedahnya.
    gw pernah bbrp kali kok jakarta-bogor-jakarta bawa mtb dan tetep cuma beli 1 karcis,dan gak ada masalah -kuukuuruuyuuk-

    BalasHapus
  4. @kuukuuruuyuuk
    heheheh.. kepikirannya pas sudah lewat gan.. soalnya pas kejadian mata da suepet banget, gak mau cari masalah pula..

    btw, kalo KRL jabodetabek masih enak lah.. kalo mesti diturunin yaa turun aja toh masih bisa gowes bukan? tapi kalo trayek jakarta - jogja, gmane?
    hehehheehe

    BalasHapus
  5. he..he..he..
    ada juga profesi lain selain yang disebutkan di atas : tukang nyamar.
    anggota menwa tapi ngaku-ngaku tni, satpam tapi ngaku-ngaku tni, dll yang ngaku-ngaku tni.
    saya pns yang bekerja di lingkungan yang sama dengan tni, maka saya bisa membedakan mana tni asli dan palsu. dan saya mantan menwa juga sih.....

    BalasHapus
  6. @komuter
    wah2.. kasih tau donk tips2nya...
    biar gak keki ketipu ma yang palsu2..

    BalasHapus